MakalahKesultanan Banten: Pada tahun 1526 Banten berhasil direbut, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa yang waktu itu merupakan pelabuhan utama Kerajaan Pajajaran, kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta. Penguasaan atas Jayakarta berhasil menghambat gerak maju Portugis baik dari segi politis maupun ekonomis. Selanjutnya, pusat JayaKarta sebagai Vasal kerajaan Banten di bawah pemerintahan? Pangeran sollahudin Pangeran Abdul Kohar Pangeran Wijaya Kusuma Pangeran Wijaya Krama Aria Ranamanggala Jawaban B. Pangeran Abdul Kohar Dilansir dari Encyclopedia Britannica, jayakarta sebagai vasal kerajaan banten di bawah pemerintahan pangeran abdul kohar. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Kapankah Nabi Muhammad SAW melakukan da’wah sembunyi-sembunyi? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.
Bataviasebagai Pusat VOC Sejak Tahun 1619. Pelayaran di mulai pada awal abad XVI tercantum nama salah satu nama kota pelabuhan di pantai Utara Jawa Barat , Kalapa atau Sunda Kalapa. Diberitakan lebih lanjut bahwa Sunda Kalapa adalah Pelabuhan dari kerajaan Pajajaran yang mempunyai ibu kota di pedalaman, pada tahun 1522 Hendrique Leme singgah
- Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan ini menguasai wilayah Banten yang terletak di barat Pulau Jawa. Sebelumnya wilayah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Sunda yang bercorak Hindu. HJ de Graaf dalam bukunya Kerajaan-kerajaan Islam Pertama di Jawa 1985 menuturkan kerajaan Banten berdiri di abad tahun 1524 atau 1525, Nurullah dari Pasai yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati berlayar dari Demak ke Jawa Barat. Saat itu, pusat pengembangan agama Islam di Jawa masih terpusat di Demak. Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanuddin melebarkan pengaruh Islam ke barat Pulau juga Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon Saat itu, Kerajaan Sunda bersekutu dengan Portugis. Namun dibantu oleh tentara Demak, Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin menyingkirkan Bupati Sunda untuk mengambil alih Banten. Dalam Ragam Pusaka Budaya Banten 2007, Sunan Gunung Jati dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banten. Namun ia tak mengangkat dirinya sebagai raja. Sunan Gunung Jati memilih menjadi Sultan Cirebon. Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanuddin. Ia diangkat sebagai Sultan Banten pada 1552. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami perkembangan pesat. Banten melepaskan diri dari Demak. Banten juga menjadi pusat perdagangan di barat Pulau Jawa.
b s. Kesultanan Pajang Aksara Jawa :ꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦥꦗꦁ (كسلطانن ڤاجڠ) adalah sebuah kesultanan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kesultanan Demak. Kompleks keraton nya pada masa ini tinggal tersisa berupa batas-batas pondasinya saja yang berada di perbatasan Kelurahan Pajang - Kota Surakarta dan Desa
- Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Salah satu faktor kemajuan dari Kesultanan Banten adalah posisinya yang strategis, yaitu di ujung barat Pulau Jawa, lebih tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Ibu kota Kesultanan Banten adalah Surosowan, Banten Lama, Kota Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kendati demikian, Sunan Gunung Jati tidak pernah bertindak sebagai raja. Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 masa kejayaan Kerajaan Banten berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683 M. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itu pula yang kemudian mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten Sejarah singkat Kerajaan Banten Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam kekuasaan Pajajaran. padatahun 1568, [27] maulana hasanuddin sebagai penguasa banten yang juga membawahi wilayah jayakarta mengangkat menantunya yaitu kawis adimarta (tubagus angke) suami dari ratu ayu fatimah (anak ke enam dari maulana hasanuddin) [28] sebagai penguasa jayakarta, sebelumnya, sejak peristiwa penaklukan kelapa pada tahun 1527 hingga diangkatnya kawis Kerajaan Banten – Pada sekitar abad ke 16 berdirilah kerajaan Islam di Tatar Pasundan tepatnya di propinsi Banten Indonesia. Kerajaan Islam tersebut adalah Kerajaan Banten yang hampir selama 3 abad mampu bertahan hingga mencapai kejayaan. Wilayah kerajaannya meliputi sebelah barat dari pantai Jawa sampai ke Lampung. Kesultanan Demak sangat berperan aktif dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Pada masa kejayaan pemerintahan Banten ini datanglah penjajah dari negara Eropa sambil menanamkan pengaruh buruknya. Perang antar saudara dan persaingan kekuatan global sering terjadi dalam memperebutkan sejumlah perdagangan dan sumber daya manusia. Selain itu ada rasa ketergantungan akan persenjataan sehingga melemahkan hegemoni kerajaan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik kerajaan Islam ini akhirnya runtuh sekitar tahun 1813 dengan dihancurkannya Istana Surosowan. Istana ini merupakan simbol kekuasaan kerajaan Islam Banten di Kota Intan. Pada masa-masa terakhir pemerintahannya raja-raja di Banten kedudukannya tidak lebih dari seorang raja bawahan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejarah Kerajaan Banten Sekitar awal abad ke-16 Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu mempunyai bandar-bandar penting seperti Sunda Kelapa Jakarta, Banten dan Cirebon. Kerajaan Pajajaran ini mengadakan kerja sama dengan pemerintahan Portugis sehingga Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng dan kantor dagang di sini. Seluruh perekonomian di tanah Sunda Kelapa pada saat itu dikuasai oleh Portugis. Guna membendung pengaruh dari Portugis di wilayah Pajajaran ini Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak memberi perintah kepada Fatahilah. Fatahilah adalah panglima perang Demak diperintahkan menaklukkan bandar-bandar di Pajajaran sekitar tahun 1526. Akhirnya pasukan Fatahilah berhasil menguasai Banten dan merebut pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak saat itulah nama “Sunda Kelapa” diubah namanya menjadi “Jayakarta” atau “Jakarta” yang artinya kota kemenangan. Maka tanggal 22 Juni oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta. Seluruh pantai utara di Jawa Barat akhirnya bisa dikuasai Fatahilah sehingga lambat laun agama Islam tersebar di seluruh Jawa Barat. Fatahilah kemudian menjadi ulama besar wali dengan memakai gelar Sunan Gunung Jati di Cirebon. Tahun 1552 putra dari Fatahilah yaitu Hasanuddin diangkat jadi penguasa Banten, sedangkan putranya yang lain Pasarean jadi penguasa di Cirebon. Fatahilah mendirikan pusat kegiatan keagamaan Islam di Gunung Jati Cirebon hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 1568. Baca Juga Kerajaan Islam Aceh Raja-raja Kerajaan Banten Seperti halnya dengan kerajaan-kerajaan lain di tanah Jawa, raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Banten juga mengalami pergantian secara turun temurun. Raja-raja yang berkuasa di tanah Banten pasti mengalami pasang surut sendiri-sendiri. Berikut ini urutan raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Islam Banten Jawa Barat, yaitu 1. Sultan Hasanuddin Pada saat terjadi perebutan kekuasaan di Demak daerah Cirebon dan Banten masing-masing berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Demak. Akhirnya Cirebon dan Banten terlepas dari pengaruh Demak dan menjadi kerajaan berdaulat. Maka Sultan Hasanuddin akhirnya menjadi raja Banten pertama yang berkuasa selama 18 tahun yaitu 1552-1570 M. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin Kerajaan Banten berhasil menguasai Lampung Sumatra sebagai penghasil rempah-rempah. Selain itu Sultan Hasanuddin juga berhasil menguasai selat Sunda yang merupakan jalur utama perdagangan. Dibawah pemerintahan beliau pelabuhan Banten berhasil menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara di dunia. 2. Maulana Yusuf Merupakan putra Sultan Hasanuddin yang memerintah Banten dari tahun 1570 – 1580 M. Sekitar tahun 1579 Maulana Yusuf berhasil menaklukkan kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor sekaligus menyingkirkan rajanya Prabu Sedah. Ini mengakibatkan rakyat Pajajaran banyak yang mengungsi ke daerah pegunungan dan sampai sekarang dikenal sebagai orang-orang Baduy di Rangkasbitung Banten. 3. Maulana Muhammad Begitu Sultan Maulana Yusuf wafat putra beliau yang bernama Maulana Muhammad naik tahta saat usia 9 tahun. Karena Maulana Muhammad masih begitu muda maka pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Jayanegara sampai beliau dewasa 1580-1596. Setelah memerintah selama 16 tahun, Sultan Maulana Muhammad akhirnya meninggal dalam pertempuran di Kesultanan Palembang pada usia ke-97 tahun. 4. Pangeran Ratu Abdul Mufakhir Dalam usia 5 bulan Pangeran Ratu akhirnya menjadi sultan Kerajaan Banten ke empat 1596-1651. Sambil menunggu pangeran dewasa untuk sementara pemerintahan dijalankan Mangkubumi Ranamanggala. Pada saat inilah pertama kali bangsa Belanda dengan pimpinan Cornelis De Houtman mendarat di daerah Banten tanggal 22 Juni 1596. 5. Sultan Ageng Tirtayasa Dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1682 Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa selalu berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga tahun 1671 M. Beliau mengangkat putranya jadi raja pembantu bergelar Sultan Abdul Kahar Sultan Haji. Namun akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa merasa kecewa dengan Sultan Haji karena telah menjalin kerjasama dengan Belanda. Perang saudara akhirnya terjadi dan Sultan Haji meminta bantuan Belanda untuk menyerang Sultan Ageng Tirtayasa. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjara di Batavia hingga wafat tahun 1691 M. Baca Juga Kerajaan Majapahit Peninggalan Kerajaan Banten Selama pemerintahan berlangsung kurang lebih 3 abad lamanya kerajaan Islam di Banten ini telah meninggalkan beberapa bukti kejayaannya. Bukti-bukti peninggalan kerajaan inilah yang bisa menceritakan kalau di pulau Jawa pernah ada kerajaan Islam terbesar. Beberapa peninggalan kerajaan yang telah membuktikan kejayaan pada masa itu antara lain adalah 1. Masjid Agung Banten Bangunan Masjid ini merupakan bukti peninggalan dari Kerajaan Banten sebagai satu-satunya kerajaan Islam di Indonesia. Masjid tersebut dibangun tahun 1652 hingga kini masih berdiri kokoh dan terletak di desa Banten Lama, kecamatan Kasemen. Ini merupakan satu dari 10 masjid tertua yang ada di Indonesia sampai sekarang ini. 2. Danau Tasikardi Letaknya di sekitar Istana Kaibon dan merupakan danau buatan yang dibuat sekitar tahun 1570 – 1580 pada masa Sultan Maulana Yusuf. Luas danau Tasikardi dulu sekitar 5 hektar dan dilapisi dengan batu bata dan ubin. Fungsi dari danau ini dulu sebagai sumber mata air keluarga kerajaan dan saluran irigasi sawah di sekitar Banten. 3. Vihara Avalokitesvara Vihara ini sebagai salah satu bukti kalau pada jaman kerajaan Islam toleransi antar umat beragama tetap terjaga dengan baik. Tempat ibadah bagi umat Budha tersebut hingga saat ini masih terawat dan berdiri kokoh. Keunikan dari Vihara Avalokitesvara adalah pada dindingnya terdapat relief yang menceritakan legenda siluman ular putih. 4. Meriam Ki Amuk Di dalam benteng Speelwijk terdapat beberapa jenis meriam dan salah satu meriam yang paling besar ukurannya adalah meriam Ki Amuk. Meriam ini memiliki daya tembak yang sangat jauh dengan daya ledakan luar biasa. Ini merupakan hasil rampasan raja Banten terhadap Belanda pada masa perang. 5. Istana Dan Benteng Peninggalan sejarah Kerajaan Banten juga ada yang berupa Istana dan Benteng. Istana dan benteng tersebut ialah Istana Keraton Kaibon. Dulunya istana ini sebagai tempat tinggalnya Bunda Ratu Aisyah ibunya Sultan Syaifudin. Istana Keraton Surosowan. Istana ini merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai pusat pemerintahan Sultan Banten. Benteng Speelwijk. Benteng ini dibangun sebagai bentuk poros pertahanan maritim kekuasaan raja di masa lalu. Benteng Speelwijk ini dibangun pada tahun 1585 dengan ketinggian 3 meter serta memiliki mercusuar. Begitu banyak peninggalan sejarah kerajaan Islam di Banten ini yang wajib kita lestarikan. Ini semua membuktikan kalau raja-raja Banten pada masa pemerintahannya. Benar-benar sangat tangguh dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Selain itu juga sebagai bukti kalau raja-raja tanah Jawa dan rakyat pada masa itu sudah memerangi penjajah. Penutup Sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia Kerajaan Banten sejak dulu sudah membuktikan sebagai negara anti penjajah. Mereka bersatu padu dengan rakyat berusaha mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini. Meskipun banyak yang harus mereka korbankan dan mereka berikan buat negara kesatuan tercinta ini. Namun mereka tetap semangat pantang menyerah hingga bisa mengusir penjajah dari negeri ini. Kita sebagai pewaris tunggal negara tercinta Indonesia harusnya lebih bisa menjaga keutuhan dan kesatuan agar tidak mudah untuk dipecah belah. Banyak hal yang bisa kita contoh dan kita peroleh dari masa-masa kejayaan raja-raja tanah Jawa di Indonesia ini. Kerajaan Banten Disanalah angkot jurusan Karangantu sedang menunggu penumpang. Kami pun berpindah kendaraan. Dari sini, perjalanan menuju Masjid Agung Banten terhitung agak lama, melewati plang-plang yang menunjukkan keberadaan situs-situs makam raja, pangeran, dan panglima Kerajaan Banten di titik-titik itu . Ongkos angkot yang kedua ini adalah Rp5.000 per
Ilustrasi Kerajaan Banten. Foto keyakinan penduduk Pulau Jawa adalah Islam. Hal itu tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam yang telah terjadi sejak zaman kerajaan. Salah satu kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten berdiri di Tatar Pasundan, Provisi Banten. Kerajaan Banten muncul sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke pesisir barat Pulau lebih memahami sejarah Kerajaan Banten, berikut ulasan lengkapnya dikutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA SMK/MAK Kelas X oleh Amurwani Dwi L. dkk 2014.Awal BerdiriPada awalnya Kerajaan Banten merupakan wilayah perluasan Kerajaan Demak. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan di Pulau Jawa dan menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Fatahillah yang berperan besar dalam penaklukan tersebut mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan. Tempat ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan dengan kemunduran Kerajaan Demak, Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dengan meninggalkan dua anak laki-lakinya, yaitu Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya. Pangeran Yusuf kemudian menggantikan posisi Fatahillah, sementara Pangeran Arya berkuasa di Kejayaan Kerajaan BantenMasjid Agung Banten, peninggalan Kerajaan Banten. Foto JavaTravelSetelah berganti pemimpin, Kerajaan Banten akhirnya mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin Sultan Abdufattah. Pemimpin yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa tersebut memerintah pada tahun masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten terus mengalami kemajuan. Letak Banten yang strategis membuat perkembangan dan kemajuan ekonomi di wilayah itu semakin cepat. Hasilnya, kehidupan masyarakat pun mengalami bidang politik, pemerintah kerajaan ini juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan terus dilakukan meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak mau memeluk agama Islam. Kelompok yang disebut dengan masyarakat Badui itu masih tetap ingin mempertahankan agama dan adat istiadat nenek bidang kebudayaan, Kerajaan Banten juga mengalami perkembangan, terutama seni bangunannya. Ada beberapa bangunan yang masih tersisa hingga saat ini seperti Masjid Agung Banten, bangunan Keraton, dan gapura-gapura,Kemunduran Kerajaan BantenMasa kemunduran Kerjaan Banten dipicu oleh konflik yang timbul di dalam istana. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa berusaha menentang VOC, tetapi kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan melakukan politik adu domba devide et impera. Mereka membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Suktan Ageng berakhirnya masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa malah membuat kekuasaan VOC di Banten kian menguat. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya situasi tersebut membawa Kerajaan Banten pada kemunduran.
. 205 96 151 168 215 322 47 22

jayakarta sebagai vasal kerajaan banten dibawah pemerintahan