HijrahPertama Dalam Islam. Ketika Nabi saw melihat keganasan kaum musyrik kian hari kian bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada kaum Muslim, maka beliau berkata kepada mereka, "Alangkah baiknya jika kamu dapat berhijrah ke negeri Habasyiah, karena di sana terdapat seorang raja yang adil sekali.
Verse Images Untuk Kamu Lihat 20 Artikel BagikanCukuplah Allah sebagai penolong dan pelindungku,' tutur beliau dengan senyum kebahagiaan di Rumah Amalia. Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Cukuplah Allah sebagai penolong. Meskipun, ada beberapa orang yang pantas diminta tolong. Meskipun, pertolongan manusia seolah lebih cepat dan kongkrit. Idealisme seorang mukmin mengajarkan bahwa Allah adalah tempat meminta tolong. Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in. Hanya kepadaMu ya Allah kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta tolong. Namun dalam kenyataannya, idealisme itu kadang terlupakan. Ketika musibah datang, yang terpikirkan untuk diminta tolong adalah orang-orang yang dianggap “potensial”. Di antara mereka ada majikan. Ada juga orang tua. Ada kerabat yang punya kemampuan ekonomi lumayan, dan lainnya. Sementara Allah terlupakan. Baru teringat Allah ketika mereka yang “potensial” itu tidak memberikan respon. Mungkin mereka merasa sudah keseringan dimintai tolong. Mungkin juga karena mereka sudah tidak lagi “potensial” seperti sebelumnya. Ketika yang dirasa “potensial” itu lenyap, hanya ada satu yang belum gencar diminta. Siapa lagi kalau bukan Allah subhanahu wata’ala. Pertanyaannya, kenapa Allah sebagai pihak yang tersisa setelah yang lainnya tidak mau menolong? Apa Allah lebih pantas sebagai posisi cadangan? Di sinilah keadaan keimanan kita. Iman memang tidak bisa dilihat seperti saldo rekening uang tabungan kita. Tidak juga seperti jumlah beras dan sembako di dapur rumah kita. Sesuatu yang sering kita ucapkan dalam zikir dan shalat kita, kadang hanya berhenti sekadar ucapan. Tidak mengendap dalam hati yang paling dalam, apalagi hidup dalam perbuatan. “Iyyaaka na’budu waiyyaaka nasta’in.” Ucapan zikir lainnya mengatakan, “Hasbunallahu wani’mal wakil.” Cukuplah Allah sebagai tempat bersandar kami. Kadang dengan rahmat dan sayangNya, Allah “menggiring” kita pada tuntutan bukti atas yang kita ucapkan itu. Yaitu, ketika memang akhirnya tak satu pun pihak yang mau menolong. Tak ada lagi pihak-pihak “potensial” yang biasa kita andalkan. Saat itu, barulah kita tersadar bahwa hanya Allah yang pantas untuk dimintai tolong. Dan hanya Allah sebagai tempat untuk bersandar dari segala beban hidup. Kenapa tidak dilakukan sejak awal? Allah pun memaklumi karena manusia memang pelupa. Manusia hanya ingat dengan yang dekat dan terlihat meskipun sedikit. Tapi lupa dengan seolah jauh dan tak terlihat, meskipun berlimpah. “Dan ketika hamba-hambaKu bertanya tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan semua permintaan ketika diminta. Maka, sambutlah seruanKu dan berimanlah kepadaKu agar mereka mendapat bimbingan.” [Mh]
CukuplahAllah ??sebagai Penolong kami dan Allah ? adalah sebaik-baik pelindung. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah ??Yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Huu, Huu(33 kali) Dia, Yang Maha Tidak Diketahui Hasbun-Allaah wa ni`mal-wakil, ni`mal-Mawlaa wa ni`man-Nashiir, laa hawla wa laa quwwata illa billaahil-`Aliyyi l-`Azhiim.
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah sebaik-baik tempat bersandar.” QS. Ali-Imran 173 KALIMAT di atas adalah ucapan doa Nabi Ibrahim kepada Allah, manakala beliau berhadapan dengan penguasa Babilonia yaitu taja Namrud. Kita tentu tahu betul bagaimana kisah beliau ketika itu. Nabi Ibrahim menghancurkan seluruh berhala yang disembah rakyat dan penguasa Babilonia, dan menyisakan satu yang paling besar. Hal itu beliau lakukan karena beliau yakin bahwa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang salah dan menyesatkan. Nabi Ibrahim bermaksud untuk mengajak mereka berpikir, menggunakan akalnya, bahwa sesungguhnya yang mereka lakukan adalah kesesatan. Beliau bermaksud mengajak mereka untuk menyembah Rabb Semesta Alam, Dzat yang telah menciptakan mereka. BACA JUGA Ini Rahasia Hafalan Dr Zakir Naik Tiga Ikatan Syaitan Saat Hendak Shalat, Waspadalah Segera Lepaskan Kisah Nabi Ibrahim di atas memberikan pelajaran kepada kita untuk senantiasa meyakini sepenuh hati bahwasanya hanya Rabb yang Menciptakan kitalah tempat kita berlindung dan memohon pertolongan. Kisah ini juga mengajarkan bahwa hendaklah kita berpegang teguh hanya kepada Allah. Secara total. Kita berbuat sesuatu dengan niat yang lurus dalam rangka ibadah kepada-Nya. Kita pun meyakini bahwasanya hanya kepada-Nya lah kita memasrahkan hasil dari segala ikhtiar yang kita lakukan. Sahabatku, setelah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, bersikap ridha pada apa yang terjadi, tidak mempersulit diri, dan mengevaluasi diri atas setiap peristiwa yang kita alami, maka sikap selanjutnya adalah kita kuatkan keyakinan bahwasanya hanya Allah SWT penolong kita. [] Sumber 5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup/Abdullah Gymnastiar/Emqies . 273 5 94 278 119 137 214 236